-=|[◦♡◦ ‘‘SHADOW’’ ◦♡◦]|=-
Di sebuah daerah nan jauh dari kota, seorang pemuda terhinggap penyakit
aneh. Ia begitu gusar dengan keadaannya. Selalu gelisah. Karena
penyakit itu, sang pemuda tak berani keluar rumah siang hari. Takut.
Sangat takut.
Sebenarnya, penyakit itu tampak sederhana. Sang
pemuda begitu merinding ketakutan ketika melihat bayangan hitam dirinya
akibat sorotan cahaya. Tiap kali menemukan bayangan hitam yang mengikuti geraknya, si pemuda berteriak histeris.
"Takut...!!! Takut...!!!!"
Mungkin, bayangan itu terlihat lain olehnya. Seperti sosok hitam misterius yang terus membayangi ke mana pun ia bergerak.
Beberapa tabib telah didatangkan. Ada yang ahli gangguan setan. Ada
yang ahli jiwa. Ada juru nasihat. Dan seterusnya. Tapi, semua belum
menggembirakan. Sang pemuda masih saja takut. Ia seperti tak akan pernah
sembuh.
Hingga suatu kali, seorang guru berkunjung. Dari balik rumahnya nan gelap, sang pemuda mempersilakan kakek tua itu masuk.
"Silakan masuk, Guru...!!!" (ucapnya pelan).
Kakek dan pemuda itu pun duduk dalam ruang gelap. Nyaris, tak seberkas
sinar pun bisa menelusup dari celah bilik rumah itu. Ruang² di situ
begitu rapat. Gelap dan pengap.
"Ada apa, anakku...??? Kenapa kau mengurung diri seperti ini...???" (suara sang kakek memulai pembicaraan).
Wajahnya nan teduh bisa terasa jelas oleh sang pemuda. Pertanyaan itu
seperti mengungkit² rasa kesadarannya yang tertimbun takut.
"Aku takut, Guru...!!! Takut...!!!" (jawabnya singkat).
"Takut apa...???" (tanya sang guru lagi).
"Aku takut dengan bayangan hitam yang terus membuntutiku. Ia seperti
menunggu saat aku lengah. Mungkin, sosok hitam itu akan
membunuhku...!!!" (ungkapnya sambil sesekali menahan tangis).
"Anakku. Tahukah kamu kalau bayangan hitamlah yang mengantarku ke sini.
Kini, ia tak dapat masuk bersamaku di ruang ini. Padahal, ia sahabat
terbaikku. Kemana pun aku pergi, ia selalu menemani...!!!" (ucap sang
guru tenang).
"Tapi guru, ia begitu menyeramkan...!!!" (sergah sang pemuda bersemangat).
Sang kakek pun tersenyum. Ia memegang pundak pemuda itu, lembut.
"Anakku. Jangan terpengaruh dengan bayangan hitam. Karena itu pertanda
kalau seseorang sedang tersorot cahaya...!!!" (suara sang kakek sambil
menahan nafas).
"Anakku...!!!" (suaranya lagi agak lebih berat).
"Songsonglah sumber cahaya, kau akan bahagia. Jangan terus menatap
bayangan gelapnya. Karena kau akan takut melangkah...!!!" (ucap sang
guru meyakinkan).
***
Sahabat...
Dinamika hidup kerap
menawarkan dua sisi. Satu sisi menawarkan peluang, dan sisi lain
memunculkan ancaman. Ibarat cahaya, peluang selalu memberikan harapan.
Dan cahaya yang menyorot sebuah benda, pasti akan membentuk bayangan.
Itulah sisi gelap sebuah ancaman.
Persoalannya, orang kadang
lebih sering melihat sisi gelap ancaman daripada harapan. Mau nikah,
takut cerai. Mau bisnis, takut rugi. Mau jadi pejabat, takut kena hujat.
Dan seterusnya. Orang pun terkungkung pada rasa takut bayangan hitam
yang sebenarnya sisi lain dari sebuah peluang.
Menarik apa yang pernah diajarkan seorang ulama seperti Ibnu Qayyim soal cahaya harap dan ancaman takut. Beliau mengatakan;
"Harap dan takut tak ubahnya seperti dua sayap pada seekor burung...!!!
Kepakan keduanya akan menerbangkan burung kemana pun ia pergi...!!!"
Mungkin benar apa yang dikatakan kakek guru di atas. Songsonglah cahaya
harap, dan jadikan bayangan ancaman sebagai teman pengawas. Insya
Allah, kita bisa terbang ke puncak cita².
◦♥◦ ‘‘ѕαĻαм мαηιѕ вυαт γαηφ вαςα’’ ◦♥◦
Tidak ada komentar:
Posting Komentar