Assalamu'alaikum.. Trimakasih uda dateng ke blog aku :) I am a freelance|♥music|♥muse| ♥insight| ♥Japanese&Holland|wanna be Masterpiece|Goodmanners|Lulus UN 2015|UNS. "Jadikanlah dirimu laksana bunga ditepi jurang, indah dipandang namun sukar untuk di petik sembarang orang :) " Selamat membaca coretan saya..
Kamis, 18 Juli 2013
Toleransi Bukan Berarti Ikut Tradisi
Assalamu'alaykum Sahabat. Imam Abu Dawud menceritakan bahwa Rasul berpuasa pada hari Sabtu dan Ahad kemudian meninggalkannya. Rasul bersabda; "Keduanya merupakan hari raya orang kafir (Yahudi dan Nashrani) dan aku ingin menyalahinya, (berbeda dengan mereka)." Dalam riwayat lain, ketika Rasul datang ke Madinah, masyarakatnya yang musyrik memiliki dua hari raya (hari raya Nayruz dan Mihrajan) yang mereka rayakan, maka Rasul saw bersabda: “Sungguh Allah SWT telah mengganti dua hari itu dengan dua hari yang yang lebih baik daripada keduanya, yaitu Idul Adha dan idul Fithri.” Bukan hanya sekali dua kali Rasul menyalahi budaya orang-orang kafir. Tapi setiap kali, hingga oran Yahudi mengatakan, "Tidak luput satu perkara dari urusan kami (Yahudi) kecuali dia (rasul) menyalahi kami dari hal itu" (HR. Bukhari). Jika Rasul teladan kita sepanjang zaman tidak mengikuti budaya orang-orang kafir, apa alasan kita memberi ucapan selamat natal, ikut hadir dalam perayaan natal, atau menggunakan atribut dan pakaian khas natal?
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad).
“Dan apabila mereka melewati (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya” (QS al-Furqan [25]: 72).
Berdasarkan ayat ini Imam Ahmad berkata: “Kaum Muslimin telah diharamkan untuk merayakan hari raya orang-orang Yahudi dan Nasrani.“ Imam Baihaqi menyatakan, “Jika kaum Muslimin diharamkan memasuki gereja, apalagi merayakan hari raya mereka.”
Kini, media tengah ramai memblowup tema hari Natal yang dirayakan kaum Nashrani. Bahkan dalam acara puncaknya, akan dihadiri oleh orang No. 1 di negeri kita. Tak masalah jika perayaan hanya untuk kalangan mereka di lingkungan mereka. Namun ketika masyarakat muslim digiring media untuk bersikap toleransi dengan memberi ucapan selamat atau hadir dalam perayaannya, sudah termasuk usaha pendangkalan akidah. Haram hukumnya. Toleransi beragama dalam Islam adalah membiarkan non muslim merayakan hari besarnya. Bukan ikut tradisi dalam bentuk apapun meski itu dianggap trendi. Di sinilah pentingnya kita punya institusi negara (khilafah) yang akan menjaga akidah umat dari serangan budaya. Tak ada ucapan selamat untuk perilaku sesat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar