Kamis, 18 Juli 2013

Untung’-rugi merokok bro!



Loh emang merokok ada untungnya ya? Siapa bilang nggak ada. Kalo nggak ada untungnya, nggak mungkin rokok dipertahankan sampe sekarang, baik oleh perokoknya, pabriknya atau bahkan oleh pemerintah. Saya kebetulan iseng nanya ke salah seorang teman, “kenapa sih merokok?”, teman saya tersebut menjawab “iya, iseng aja ngikutin ‘tradisi’ yang udah ada, kalo rokok identik dengan cowok”. Ada juga teman lain yang menjawab begini “kasihan pabrik rokok yang udah bikin rokok, kalo nggak ada yang beli atau merokok”. Kira-kira begitu alasan mereka.

Maka kalo bicara keuntungan rokok, pastinya bukan dari bendanya. Tapi putaran uang yang melingkupinya. Mulai dari lahan tembakau hingga pabrik pengolahannya. Apalagi produsen rokok paling getol mensponsori event olahraga yang banyak diminati pemirsa. Otomatis banyak pihak yang kebagian untungnya. Termasuk cukai tembakau yang berlimpah bagi pemerintah. Makanya wajar kalo di dalam negara ke-4 konsumsi rokok terbesar di dunia yang diatur dengan kapitalisme ini, penguasa modal dinomorsatuka dan tentunya rokok tetap akan dipertahankan. Dan itu terbukti! Jumlah batang rokok yang dihisap oleh masyarakat Indonesia cenderung meningkat dari 182 milyar batang pada 2001 (Tobacco Atlas 2002) menjadi 260,8 milyar batang pada tahun 2009 (Tobacco Atlas 2012). Tuh kan!

Trus soal kerugian rokok gimana? Yah, kalo kerugian rokok sih mulut aktivis anti rokok udah pada item bin berbusa membeberkan bahaya rokok dari sisi kesehatan. Banyak poster yang dengan sangat jelas menggambarkan zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Padahal bukan cuman perokok aktif yang bakal kena batunya, mereka yang tanpa sengaja ngisep asap rokok juga kena getahnya. Egois bin sadis kalo ngerokok seenaknya sementara banyak balita dan anak-anak disekitarnya. Bayangin sendiri kalo anaknya yang kena musibah penyakit lantaran jadi perokok pasif. Emang enak?!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar