Selasa, 16 Desember 2014

Keplekan, adalah kunci melawan lupa

Kalo hape hilang masi bisa dimiskol lagi tapi kalo kunci hilang? alamatul remidi hehehe. keplekan oh keplekan.. Jasamu sangat berguna saat aku dilanda lupa,haha misteri keplekan atau kunci contekan memang triks ampuh melawan lupa haha. Tapi Alhamdulillah, musim testing uda selesai dan remidipun juga sudah usai. Ngomong-ngomong soal testing transaksi catat mencatat kunci uda ga asing lagi ya sob... Atas dalil asal gak ketahuan, trik nakal ini sering dipakai para pelajar. Aku misalnya, punya aplikasi pribadi Google tab. Apasih gugel tab itu? haha rahasia dongs.
Nyontek kalo dibilang penyimpangan sekunder kayanya ga nyampe deh. Lebih tepatnya ya masuk di penyimpangan primer atau penyimpangan yang masi bisa dimaafkan hehe. Ya walupun terbilang kecil tapi berabe juga kalo dibiarin. Namanya juga penyimpangan ntar kalo kelamaan tindakan jujur hanya sebuah hipotesa gimana dong? Mungkin memaksakan kehendak atau pemahaman pribadi ke oranglain acapkali bisa di remehkan ya. Tapi aku kali ini cuma pengen sekedar nyeloteh aja tentang yang berhubungan dengan ujian dan remedial. Yang di awal adalah ujian dan yang di akhir ada remedial dan ditengah-tengah ada sebuah kemungkinan hehe. Nah yang ditengah ini sob yang kita bahas... dimana kita masuk dalam fase pemrosesan... Nah, kalo kata pak guruku ya, "Saya berpendapat kalau nilai bagus atau rangking terbaik itu bukan dikasi kalimat bijak -pertahankan prestasimu- karnea kalo begitu maka si murid akan merasa puas sampai disitu saja atas apa yg diraihnya. Itu salah! Yang benar  ya tingkatkanlah prestasimu," begitu katanya. Ya memang betul sih, semboyan seperti itu sering diucapkan guru lain. Tapi alangkah lebih baiknya jika sudah jadi terbaik tapi tetap berusaha menjadi lebih lebih lebih baik lagi, Itu baru joss! emmm... tapi kalo aku boleh ngomen ya... semboyan yang lebih baik lagi juga suangaaat banyak. Yang lebih bagus tu gini ni, "Manfaatkanlah ilmumu untuk kebaikan bersama" Nah itu baru joss... marena apa, semboyan yang bilang tingkatkanlah prestasimu itu kalo cuma ditingkatain gak dimanfaatin ya percuma. Walopun sepele ya. Tapi semboyan itu bisa mempengaruhi hlo... Kita dididik untuk menjadi yang terbaik akibatnya banyak yang menghalalkan segala cara untuk jadi terbaik. Kita dididik mendapatkan nilai bagus, tapi dalam praktik sehari-harinya enol. Kita dididik "Jangan sampai jatuh ke lubang yang sama" akibatnya kita menyerah dalam suatu permasalahan yang dimana kita pernah gagal. Nah yang kaya gitutu efeknya di fase proses. Proses ujian murid, jadi ajang lomba jadi yang terbaik. Dimana ni sisi pemanfaatannya?
Dominanya malah jadi mengahalalkan segala cara. Salah satu pemikiran guruku yang bisa dinalar juga, "Setiap murid saat ulangan dibolehkan open book. Asal tidak menyontek temannya. Dan guru yang pintar adalah guru yang mampu membuat soal tapi tak bisa dijawab murid". Ada benernya juga  sih, kalo setiap ulangan kita dibolehkan membuka buku asal itu buku catatan kita dan tidak bertanya kepada teman dengan aturan seperti itu mungkin kita bisa menanggulangi penyimpangan primer sedikit demi sedikit. Toh apa yang dicatat dalam buku kita adalah hasil catatan dari ilmu yang disampaikan guru tersebut. Dan kami para murid juga bisa teringankan dari dosa-dosa kecil yang dianggap remeh. Lagipula kalau ulangan trik klasik yang dipakai murid adalah menghafal dan bila selesai biarlah lupa yang melanda. Artinya ya ulangan paling cuma modal hafalan trus nulis apa yang uda kita hafalkan trus tinggal tunggu pengumuman remedial. Bukankah yang namanya belajar gak cukup cuma hafalan dan melupakan ya? O.o #sayabingung tolong pahamkan akuu... :(

Tidak ada komentar:

Posting Komentar